Perjalanan berduaan 5 tahun yang lalu (Mei 2016) menyisakan banyak kenangan. Dan dikumpulkan lah kenangan itu di video 1 menit ini.
Kok baru dibikin sekarang?
Ya karena perjalanan itu juga menyisakan ‘luka’ di hati yang cukup dalam. Pertama kali mambawa drone ke luar negeri, di saat maiden flight malah jatuh dipatuk elang gurun. Silakan tonton video jatuhnya drone itu di sini.
Di sisi lain, kedatangan kami di musim panas itu memang cukup mengasyikkan. Salah satu yang paling berkesan tentu mengendarai mobil di gurun pasir, atau nama tripnya adalah sand dune bashing tour.
Juga kilauan malam di Burj Al Khalifa, bangunan tertinggi di dunia hingga saat ini, ada di video ini. Gak perlu lama-lama, tonton aja langsung ya, cheers!
Mendadak pagi tadi kami jadi gowes di PIK 2. Awalnya tidak berniat gowes pagi ini karena semalam mama Utami rada tidak enak badan. Tapi saat gw tanya lagi sehabis subuh tadi, Mama bilang badannya sudah segeran, ready to go. Sip lah!
Dronie dengan latar belakang Jembatan PIK 2
Sepeda pada mejeng
Berangkat pun rada kesiangan, namun Alhamdulillah sesampainya di PIK dan sepanjang gowes pagi itu, matahari tertutup awan, jadi rada adem.
Hal itu menjadi berkah tersendiri karena kami jadi lebih lama mengeksplorasi kawasan PIK 2.
White Sand Beach, PIK 2
Mulai dari White Sand Beach dan menyusuri sepanjang coast linenya, hingga memasuki kawasan daerah bisnis PIK 2 (yang masih dalam proses pembangunan) yamg belum pernah kami kunjungi sebelumnya.
Menyusuri sisi pantai Pasir Putih
Dermaga Kanal di Kawasan Bisnis PIK 2
Kejutan hari itu pun bertambah saat kami bertemu dengan rombongan keluarga mas Andianto Hidayat -yang kemarin gowes bareng di Alam Sutera-, lanjut ngopi² bareng di Baron Cyclist Cafe sebelum balik pulang ke rumah masing-masing.
Ngopi cantik di Baron Cyclist Cafe
Alhamdulillah ya Allah, terima kasih untuk pagi hari yang menyenangkan ini..
Akhir pekan lalu kami mudik kembali ke Purwokerto, mengunjungi Bapak mertua yang masih sakit dan meminta ketiga putrinya yang tinggal di Bekasi untuk datang menjenguk. Berangkatlah bareng-bareng kami bersama 2 adik Utami dalam 1 mobil.
Esok paginya, saat bersepeda, sudah tentu. Gw ajak Utami untuk mengulangi trayek ke arah Baturraden, sembari menuju tempat ngopi, Kopi Keprok namanya. Ternyata Bowo dan keluarganya juga hendak bersepeda pagi itu, jadi sebelum berangkat kami berfoto dulu, klik!
Wefie bareng keluarga Wahyu Wibowo
Perjalanan pun kami mulai ke arah Underpass Jenderal Sudirman lalu ke arah Karangsalam di Utara. Dari situ menyusuri jalan menuju Pabuaran dan tiba di Kopi Keprok. Sebuah tempat kuliner yang sangat nyaman, terbuka dan pagi itu sudah banyak goweser yang ngopi dan sarapan di sana.
Ngopi di Kopi Keprok
Restoran dengan konsep ruang terbuka di tepi sawah seperti ini, memang sedang marak dan menarik untuk dikunjungi, juga menjelma menjadi spot foto yang menarik:
Open space yang hijau dan menyenangkanAyunan, arena kegemaran Utami untuk difoto
Selain tempatnya yang nyaman, ternyata kulinernya juga nikmat. Pengunjung dipersilakan mengambil makanan sendiri dengan memakai sarung tangan plastik yang sudah disiapkan, bayarnya belakangan.
Tercatat perjalanan pagi itu sejauh 33.85 km dengan waktu tempuh 2 jam 8 menit. Gowes pagi itu pun diakhiri dengan perut yang kenyang hehehe..
Keesokan harinya, gw gowes sendirian. Tujuannya, mengulangi trip 10 tahunan yang lalu, naik ke Baturraden. Bedanya, dulu pakai MTB sekarang naik sepeda lipat.
Dan, itu menjadi masalah sendiri. Walaupun sproket sepeda Utami cukup memadai, 10 speed dengan 11-36T tapi dengan single crank yang cukup besar, membuat payah juga. Tak kurang 3x berhenti sejenak untuk menarik nafas sebelum melanjutkan perjalanan.
Alhamdulillah, walau terasa berat namun tidak sekali pun TTB/Tuntun Bike untuk mencapai ketinggian 610+ meteran haha, masih kuat ternyata ✊🏼
Melepas penat di depan pintu masuk Baturraden
Nikmatnya gowes ke Baturraden adalah menikmati perjalanan pulang ke Purwokerto. Menuruni jalanan yang curam, bisa meluncur lebih dari 61 km per jam (rekam jejak di piranti Xoss G+), namun karena takut terjadi apa-apa maka kita main aman aja, rem yang dibanyakin hehehe.
Top speed di Xoss G+
Tercatat di Strava, gowes pagi itu 32 km dengan waktu tempuh 2 jam 7 menit. Not bad lah ya, tapi gak janji mau ngulangin lagi… capek booo’ 😆
Ahad yang cerah untuk memulai gowes bareng TeRuCI Ban Cilik hari ini. Start dari QBig di Bumi Serpong Damai/BSD, ke-sembilanbelas goweser pun meluncur mengikuti om Sam, yang menjadi marshall perjalanan pagi ini.
Start pukul 07.30 dari depan Mitra 10 QBig
Karena ini masuk dalam acara gowes di TeRuCI, para peserta pun dihimbau untuk mengenakan jersey TeRuCI Gowes Club/TG, TeRuCI Ban Cilik atau kaos apapun yang bertema TeRuCI. Keren yaaa 😄
Rute yang diambil melewati jalan utama BSD menuju Mozia Loop, lalu keluar BSD City untuk menikmati jalan desa yang sepi dan rindang.
Line up di Mozia Loop
Seperti gowes dengan kawan-kawan lainnya, kami pun mengambil foto di beberapa tempat yang dirasa cukup menarik, seperti di tengah ilalang pada foto utama tulisan ini, juga pada jalur Mozia Loop dan Airport Aeromodelling di BSD.
Di atas bukit di depan bandara aeromodelling BSD
Di tengah perjalanan, kami pun mampir di warung Cihuni Bike Park untuk beristirahat dan menikmati kelapa muda serta lupis ketan yang nikmat.
Total perjalanan hari ini tercatat di Strava sejauh 20.81 km dalam waktu 3 jam 21 menit. Namanya juga gowes santai-santai, ya segitu aja lah adanya 😄
Dan sebelum pulang ke rumah masing-masing, kami berfoto lagi di depan Bike Park Cihuni, jepret!
Ada kejutan hari ini. Aslinya, pagi ini gw mau gowes sendirian, setelah kemarin mengajak mama Utami gowes 35 km (that’s her personal record) dari GBK ke Sunda Kelapa. Gak taunya, Utami bilang mas Andi dan mbak Rizka mau mengajak gowes bareng. Wah, surprise surprise, karena saat kami gowes di Rawamangun tahun lalu, mas Andi dan mbak Rizka gak ikutan gowes, lho 😆
Jadi lah kami berjanjian bertemu di UI FelFest dengan rute mengitari kampus Universitas Indonesia. Oya, ada dik Nughie, mahasiswa Fakultas Kedokteran UI yang ikut juga, menemani Bapak dan Mamanya, sip dah.
Dan gak nyangka juga, Nughie membawa serta kameranya, dan ia pun secara sukarela menjadi fotografer buat gowes pagi ini. Hasilnya? Mantap bener, udah kayak fotografer gowes di jalanan Sudirman, Kuningan, BSD dan tempat-tempat hitz lainnya di Jakarta. Iya kan?
Foto karya Nughie
Tetap aja walau cuma seputaran UI gowesnya, aplikasi Strava wajib dinyalakan. Dan hasilnya, gowes pagi itu kami menempuh jarak 22.96 km dalam 3 jam 12 menit.Mayan laaah, buat beginners 😆
Dronie @ jembatan tol RSUIDi depan gedung Rektorat UI
Setelah berfoto-foto di tempat yang iconik di UI, kami pun menutup gowes pagi itu dengan ngopi bareng di Kopi Nako, Depok. Kali ini no photo, karena udah kelaparan dan sakaw akan ngopi. Maafkan ya. 😝
Gowes bareng lagi berlima. Kali ini tujuannya kampus Universitas Indonesia. Seperti biasa, gowes gak jauh-jauh, cukup 14 km saja, tapi foto-fotonya yang dibanyakin, hehehe.
Saat memulai gowes lewat Hutan MakaraDi atas jembatan tol UISi Bontot yang mulai menyalip kakak-kakaknyaDi depan Perpustakaan UIDi tepi danau MahoniDi bawah jembatan Teksas/Teknik Ekonomi Sastra
Dan ditutup dengan dronie di depan Perpus UI. Thanks ya anak-anak udah mau gowes lagi pagi ini, Baba Mama love you all!
Alhamdulillah, walau ini adalah Ahad pagi yang sembab, tak membuat kami menghentikan niat untuk bersepeda berlima di Bumi Serpong Damai/BSD.
Pajero Full House
Seperti saat gowes berlima di Ancol tahun lalu, kami susun 5 sepeda lipat untuk bisa masuk dalam mobil Pajero kesayangan kami. Saat berangkat menuju BSD, Najah dan Maryam berbagi kursi di depan, sementara Mama dan Ingga duduk berdua di belakang. Gak opo2 wis, ayo mangkat!
Sesampainya di Mozia BSD, hujan masih saja turun walau tidak deras. Anak-anak pun alhamdulillah semangat untuk tetap gowes pagi ini. Dan tidak seperti pekan lalu, pagi ini tidak terlalu banyak yang gowes, mungkin karena matahari enggan bersinar itu tadi.
Gowes berlima itu asyik banget!
Kami pun mulai jalan menembus hujan rintik. Cuaca yang dingin seperti ini sebenarnya enak sekali untuk gowes, walau kaos dan celana mulai terasa basah, hujan yang on off membuat kami terus gowes sampai ke arah depan Floating Castle BSD lalu berputar balik.
Tempat favorit Mama untuk foto-foto: cari yang ijo ijo
Gak terlalu jauh kami gowes pagi ini, karena di rute terakhir sebelum kembali ke tempat start, hujan semakin intensif, membuat Maryam mulai mengeluh perutnya yang lapar.
Baik lah, ayo kita balik kanan dan cari tempat buat mengisi perut sebelum pulang kembali ke Bekasi. Oleh Strava jarak yang terukur 14.8 km, lumayan lah ya..
Pagi tadi, kami mengundang adik-adik dari pihak gw dan Utami, untuk sarapan pagi di Bukit Air Resto, Ciomas, Bogor. Namun karena masih dalam masa pandemi Covid, Rini dan Sofi, adik Utami, memilih tidak hadir. Alhamdulillah Wiwiek dan Ibnu bisa hadir walaupun masing-masing tidak full team.
Ini kali kedua kami bersantap makanan di sini. Sebelumnya, pada akhir bulan Juli 2014 saat mengajak Bapak dan Ibu serta seluruh keluarga besar H Subagyo, merayakan libur Idul Fitri.
Bukit Air Resto ini milik kawan Utami. Sebelum adik-adik hadir, kami menyempatkan diri berpose di balai pandang dengan tulisan Bukit Air sebagai latarnya. Keren juga, sepintas kayak di Bali, haha..
Cuma ya gitu deh, niatnya mau full team berlima tapi last minute Najah ada Kuis di kampusnya, jadi batal ikutan, hikz..
Ini di Bogor apa Bali?
Tak lama Ibnu dan Aya datang. Elok berhalangan hadir karena ada urusan dengan keluarganya dan Rafif, yang kuliah di Singapura. Wiwiek dan Barry pun menyusul, bersama Ezra. Fea katanya sedang ada urusan dengan kawan kuliahnya jadi tidak bisa hadir. Tak apa lah, mari foto-foto saja di sini, jepret!
Keluarga Besar Kresnadi, tak lengkap tetap asyik!
Di dalam gubug, Maryam sibuk menggambar dengan iPad om Ibennya sampai lupa makan. Tak apa, seorang yang kreatif kadang seperti itu, haha. Ini malah menguntungkan para fans, karena mereka bisa dengan mudah mengajak Maryam untuk foto sejenak, ya kan?
Maryam dan para fans 🙂
Di meja sebelahnya, gank yang lebih gede duduk berjejeran. Sayang memang, kurang Fea, Najah dan Rafif. Tapi kesempatan langka ini, karena Aya yang kuliah di Yogya dan Ingga yang kuliah di Purwokerto, bisa hadir. Ezra lah yang mendapatkan momen ini, tanpa banyak disuruh, senyum manis pun mereka berikan. Uhuy!
Aya, Ingga dan Ezra
Tak terasa hampir 3 jam kami santap pagi siang di sini. Waktunya pulang, memberikan tempat untuk yang baru datang.
Terima kasih sudah bisa hadir jauh-jauh dari Bekasi dan Jakarta yaa, I love you all. See you again, soon!
Akhir pekan ini kami harus ke Purwokerto untuk menengok Bapak yang sedang sakit. Kami pergi hanya berdua, setelah Maryam si bungsu menolak untuk ikut. Duh.
Karena mobil kosong tanpa penumpang, kami pun membawa 2 sepeda lipat andalan untuk gowes di sana. Dibawalah Camp Hazy 5s dan Element Pikes Dragon. Let’s go!
Hari pertama, gw serahkan Utami untuk memilih rute perjalanan. Dia ingin ke tepi Sungai Serayu, melewati Gunung Tugel namanya. Wah, cukup menantang ini, banyak turun naiknya lho, tapi oke lah..
Belajar gowes tanjakan ini 😁
Lumayan juga, naik turun ternyata Utami cukup kuat, hanya sekali TTB/Tuntun Bike karena memang cukup curam tanjakannya. Sebagai member anti tanjakan club, mari kita acungi jempol. Mantap!
Setelah melahap tanjakan-tanjakan, kami pun disuguhi pemandangan hamparan sawah yang memanjakan mata. Gak pakai lama, kami cari pematang sawah buat berpose, karena memang gowes itu harus pakai foto-foto kalau sama bini, Ya kan? 😆
Di pematang sawah PatikrajaTuh cakep kan pemandangannya?
Puas berfoto-foto di tepi sawah, kami pun sampai di Sokawera, Patikraja. Saat melihat tanda petunjuk ‘Warung Desa’ di pinggir jalan membuat kami jadi pengen mampir, buat sarapan Kupat Tahu, yang cukup nikmat, alhamdulillah.
Di depan Warung Desa dengan Bu Mur
Tak dinyana ternyata pemilik warung adalah mantan ibu guru TK yang kenal dengan ibu mertua, yang dulu memang pangawas sekolah di kecamatan Patikraja. Kami pun berpose dengan beliau buat kenang-kenangan, jepret!
Dari situ, perjalanan kami stop karena harus balik lagi ke rumah di Karang Pucung walaupun baru 9.5 km saja gowesnya. Dan karena mengejar ‘masuk kantor’ hari itu, kami pun memilih pulang dengan naik taxi, wuuuussss..
Keeseokan harinya, gw yang ajak Utami untuk latihan menanjak lagi, Kali ini dalam kota aja, ke Utara, ke arah Grendeng tempat kampusnya Kakak Ingga, Universitas Jenderal Soedirman. Rute yang dipilih melewati Alun-Alun Kota Purwokerto (foto ada di atas tulisan ini), lanjut ke Utara melewati jalan Ahmad Yani hingga Pasar Cerme untuk kemudian belok kanan ke Jalan Riyanto.
Di jalan ini lah Utami melihat bakul Serabi, dan kami pun berhenti sebentar untuk membeli beberapa serabi untuk sarapan pagi.
Beli Serabi
Tak dinyana, di sini kami bertemu Bowo dan Cici, adik ipar yang juga suka bersepeda. Yowis, foto-foto dulu lah buat bukti ke ibu Mertua hihihi..
Ketemu cyclist Purwakerta 🙂
Dari situ kami ke arah Selatan menuju Unsoed, menyusuri jalanan yang menurun di daerah Karangwangkal kemudian pulang. Total perjalanan pagi itu 17.55 km.
Sorenya, gw gowes lagi. Kali ini sama mbak Ingga yang males banget disuruh gerak. Awalnya hendak ngedrone aja di jalan tembus baru dari Jalan Sudirman ke jalan Gerilya. Tapi begitu melihat banyak orang yang bersepeda sore-sore, akhirnya kami balik sebentar ke rumah untuk ganti bersepeda di sore itu. Gak jauh-jauh lah, cuma 13 km aja.
Gowes bareng Mahasiswi 🙂
Alhamdulillah, selesai sudah cerita 3 hari di Purwokerto dengan bersepeda. Tetap pakai masker, hindari kerumunan dan menjaga jarak, in syaa Allah sehat selamat dari Covid 19, aamiin..
Beneran kejadian kan, akhirnya Srengenge pun saba ke Kebun Raya Bogor.
Ada 12 member yang pagi ini janjian gowes dengan kumpul dulu di Gedung Konservasi di dekat Pintu 1.
Setelah masuk, kami pun mulai gowes mengitari KRB dengan Srengenge Style, gowes pelan², foto bareng² dan makan² 😊
Banyak tempat menarik untuk berfoto di KRB yang luas ini, salah satunya di jembatan yang pagi itu menjadi pilihan banyak orang untuk foto bareng².
Juga di taman di tengah jalan dekat Pintu 4 dan di lapangan depan cafe ini, pantang untuk dilewatkan 😁
Gowes pagi itu, yang cuma 6.4 km aja, ditutup dengan menyantap kudapan yang disediakan saweran bersama dan lunch di Cimanggis yang sayangnya kami lewatkan karena kebablasan pintu tolnya…
You must be logged in to post a comment.