Akhir pekan ini para emak-emak di grup WhatsApp keluarga sudah merencanakan untuk gowes bareng, setelah pekan lalu jalan kaki dan foto2 di Gelora Bung Karno.
Para bapack2 sih ngikut aja, yang penting tetap gowes. Jadi lah kami berdua start gowes dari rumah menuju tikum di Taman Mini (TMII). Tercatat 14 km lebih sedikit untuk sampai ke Taman Mini dari rumah, yang kami tempuh kurang dari 1 jam.
Sesampainya di TMII, kami langsung menuju anjungan Sumatera Barat sesuai kesepakatan, dan bertemu mbak Nana dan kemudian Iben dan Elok yang duluan datang.
Museum BatikTeater Imax
Tak lama, om Joko dan Tante Ani datang merapat diikuti mas Andi yang gowes dari rumahnya di Rawamangun.
Sudah komplit yang datang, kami pun mulai memutari Taman Mini dipandu Ibnu yang paling berpengalaman memutari TMII dengan sepeda. 🤣
Anjungan Sulawesi SelatanMuseum KeprajuritanSerasa di Bali!
Setelah hampir dua jam gowes, kami kembali ke anjungan Sumatera Barat untuk sarapan pagi, apalagi kalau bukan memesan Ketupat Sayur Daun Pakis dan kopi Aceh Gayo, slurrrph..
Happy big family!
Berikutnya, kami pun harus gowes balik ke rumah setelah selesai berfoto dan sarapan, ditutup dengan undangan untuk mengulangi lagi olahraga pagi di akhir pekan di rumah barunya Kinan, putranya Lik Ani dan om Joko.
Video rekaman perjalanan ini bisa disaksikan di situs Relive.
Sepedahan bareng dengan panorama pedesaan yang indah
Tiba lah pagi yang ditunggu-tunggu. Setelah kemarin sore Kampung Sukadaya Desa Sukasari, Dawuan Subang ini diguyur hujan hingga waktu Isya yang menggagalkan rencana gowes perdana di sini, pagi ini alhamdulillah cuaca sangat mendukung.
Kurang lebih 18 goweser yang turut serta, dipandu oleh pak Ahmad Solihin, –pemilik Saung Mang Ihin yang melayani para jamaah Masjid Baiturrahim AL Jatibening– untuk mengayuh sepeda di kampung halamannya, benar-benar menikmati suasana pagi yang sejuk dan cantik.
Saung Mang Ihin, tempat start & finish
Namanya gowes hepi-hepi, setiap menemukan lokasi yang ciamik, kami pun kompak untuk berhenti guna berfoto-foto. Gak heran di Strava perjalanan pagi itu, walau berlangsung selama 2 jam 36 menit namun waktu mengayuhnya tercatat 1 jam 18 menit untuk mencapai jarak tempuh yang hanya 17.48 km saja 😆
Jalan, Sawah dan Gunung. Keren yak!Hutan KaretGak bisa menolak untuk foto di tengah sawah kayak gini
Beberapa spot yang menarik yang dijadikan tempat berfoto ria antara lain di depan rumah mantan Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi atau yang dikenal dengan Lembur Pakuan, di tengah sawah yang dihimpit oleh pegunungan sebagai latar depan dan belakangnya, di hutan Karet yang cukup lebat serta beberapa spot menarik lainnya.
Lembur Pakuan
Udah deh, menyusuri jalanan yang asri di perkampungan itu benar-benar menaikkan imun, yakin! ✊🏼✊🏼✊🏼
Dan saat mentari naik menjelang siang kami pun kembali ke Saung Mang Ihin, yang sudah siap dengan sajian makan siang sebagai menutup gelaran perjalanan 2 hari kami ke Subang ini.
Saung Mang Ihin yang fenomenal
Terima kasih banyak untuk pak Solihin dan keluarga yang sudah melayani kami sepenuh hati.
Alhamdulillah bini’matihi tatimmush sholihaat, segala puji milik Allah yang dengan nikmat-Nya hal-hal yang baik menjadi sempurna.. 🤲🏼
Tiba juga masanya untuk divaksin Covid 19 pagi ini. Bertiga bareng anak²ku yang sudah lebih dari 18 tahun, kami divaksin di Wisma Mulia 2, menggunakan vaksin Sinopharm.
Setelah registrasi dan menunggu sekitar 30 menit, kami pun masuk ke ruangan screening.
Saat screening ini lah tensi gw masuk dalam batas atas, sehingga sama dokter diminta untuk istirahat 15 menit dan minum air putih. Waktu itu gw pergunakan untuk beristighfar dan bersholawat ke atas Nabi shalallaahu alaihi wasallam.
Alhamdulillah, pemeriksaan tensi kedua pun lolos, sehingga gw siap disuntik. Saat disuntik pun gak terasa sakit apa² karena jarumnya kecil. Setelah itu masuk ke ruang observasi, menunggu sekitar 10 menit untuk kemudian pulang.
Alhamdulillah, kurang lebih satu jam dari proses registrasi hingga selesai diobservasi, kami pun siap menunggu jadwal vaksin kedua pada 4 Juli 2021 yang akan datang.
Sehabis gowes bareng gank Pare di BSD pagi ini, kami diajak mbak Nana ke rumah makan yang lagi ngehitz katanya, di Kranggan, Tangsel.
Namanya Warung Pecak Duren, yang siang ini ramai sekali dikunjungi orang, padahal jalanan menuju tempat ini cukup sempit, hanya cukup 1 mobil 😱
Untungnya kok sesampainya di sini, langsung disuguhi ikan goreng Gurame dan kawan²nya, membuat rasa gundah karena perjalanan yang gak sampai-sampai itu, terbayar lunas, alhamdulillah 😁
Antrian membayar di Outlet Samsat Pondok Gede Bekasi
Wow, sekarang memperpanjang STNK Motor atau Mobil cukup cepat ya. Gak perlu isi² formulir lagi seperti yang sudah-sudah.
Cukup fotokopi STNK, BPKB dan KTP (biasanya di gerai² STNK ada banyak jasa fotokopi yang sudah tau apa² saja yg dibutuhkan untuk difotokopi), lalu diserahkan di loket pendaftaran. Tunggu sebentar (tergantung ramai tidaknya yang mengurus perpanjangan STNK) untuk dipanggil guna membayar biaya STNK, dan gak sampai 5 menit kemudian dipanggil lagi dan STNK sudah selesai diperpanjang.
Berawal dari foto postingan mbak Sefrina kawan Utami di Instagram dan ditunjukkan kepadaku, membuat kami mempunyai alasan untuk kabur sejenak dari ibukota ke selatan Jawa di pantai Watukarung, Kabupaten Pacitan, Jawa Timur.
Di masa pandemi kayak gini, yakin?
Perfect place for your staycation
Idenya sederhana, kami mau staycation aja, di villa Desa Limasan namanya. Bergegas lah Utami memesan villa untuk libur panjang di hari Maulud Nabi Muhammad shalallahu alaihi wasallam, 29 Oktober sd 1 November 2020, sekitar 3 bulan lalu.
Desa Limasan Hilltop
Dan kami pun ditawari Hilltop Desa Limasan, sebuah villa di atas bukit dengan pemandangan 360º dengan fasilitas makan 3x sehari. Harganya pun dapat diskon, mungkin karena musim pandemi seperti ini. Mantap, alhamdulillah.
Mbak Ingga gak ikut 😔
Perjalanan kami tempuh kurang lebih 10 jam dari Bekasi menuju Watukarung, via Tol Trans Jawa, exit di Solo. Sayangnya mbak Ingga memilih gak ikut, dengan alasan sibuk mengurusi kuliahnya yang udah mau selesai.
Nice view, indeed!
Perjalanan dari Solo ini yang memakan waktu hampir 4 jam, padahal jaraknya tidak terlalu jauh. Namun semua lelah terbayar saat kami tiba di Hilltop yang pemandangannya -orang bule bilang- breathtaking!
Villa yang pas buat staycation!
Villanya punya 2 tempat tidur, pas buat keluarga kecil dengan anak 2 sampai 3 seperti kami dengan 2 toilet. Di depan ada teras dengan kursi dan meja yang cocok buat berleha-leha menikmati pemandangan pantai. Internet pun tersedia, 30 mbps, bikin akak Najah dan Maryam terjamin kebutuhan utamanya hihihi.
Sungai Maron
Keesokan harinya, kami pun mengunjungi 2 sungai yang menjadi ketertarikanku berlibur di Watukarung ini. Sungai Maron dan Sungai Cokel namanya.
Boat cruise di Sungai Maron
Sungai Maron lebih panjang tripnya, sekitar 50 menit pulang pergi, menuju hulu sungai di laut Selatan. Menyusuri sungai di antara hijaunya pepohonan membuat kita serasa berada di hutan Amazon, seperti yang di film-film itu lah, keren banget pokoknya.
Di sepanjang Sungai Maron, banyak pohon yang berbuah lho, seperti jambu dan buah lainnya. Utami gregetan banget, pakai minta mampir sebentar buat metikin buah, ada-ada aja, semoga halal ya ma 😁
Duh lupa nama buahnya, jambu apa itu ya..
Sebelum menepi pulang, babang perahunya menunjukkan goa yang berada di tepi sungai. Sayangnya sungainya rada keruh karena musim hujan, membuat air yang berwarna biru (katanyaaa)gak terlihat saat kami melipir menuju goa itu.
Tambahan koleksi foto main ayunan dah
Sepulangnya dari lokasi goa itu, Utami menemukan mainan kegemarannya, ayunan! Gak pakai lama dia pun meminta babang perahu untuk berhenti sejenak dan dia pun berayun-ayun sejenak tanpa takut. Dasar masa kecil terlalu bahagia ih 😆
Boat cruise Sungai Cokel
Sorenya kami menuju sungai Cokel yang dekat dari Desa Limasan. Kali ini kami berdua saja, anak-anak gak ada yang mau ikut.
Berduaan ajaaah
Trayeknya tidak lama, 20-30 menit saja menuju arah pantai juga pulang pergi dan pemandangannya tak kalah cakep dengan sungai Maron. Kelebihannya, boatnya lebih bagus dan lebih besar sedikit, membuat rasa aman dan nyaman. Oya, harganya cukup murah ya, 20 ribu per orang.
Bye bye Watukarung!
3 hari 2 malam di Desa Limasan kami rasa cukup, untuk kemudian transit di Semarang 1 malam sebelum besoknya kami pulang kembali ke Bekasi.
Alhamdulillah semua perjalanan pulang pergi diberi kelancaran dan kami semua diberi kesehatan dan kegembiraan dalam menikmati liburan staycation ini.
Sebagai wujud mensyukuri 75 Tahun Indonesia Merdeka, Terios Rush Club Indonesia atau TeRuCI mengadakan acara gowes bareng bagi setiap chapter²nya sejauh 17 Km. Diharapkan ada 8 chapter dan 45 Premium Member TeRuCI yang ikut memeriahkan acara ini, melambangkan 17-8-45.
Sabtu 16 Agustus 2020, Chapter Bekasi mengadakan gowes bareng dari Stadion Patriot Candrabhaga menuju Grand Wisata, sejauh 17 Km, diikuti 9 goweser dari Bekasi dan Cikarang.
Rute yang ditempuh dari stadion Candrabhaga menuju Bundaran Patung Bambu di Bulan Bulan, lalu melewati Jalan Juanda Bekasi, hingga masuk ke Grand Wisata untuk bertemu rombongan dari Cikarang yang menunggu di restoran cepat saji di sana.
Dari situ, kami menuntaskan perjalanan 17 km dengan finish di Bundaran Selatan Grand Wisata, lanjut ke Danau Cibereum dan menjajal medan off road sebentar.
Perjalanan pun berakhir setelah berfoto bersama dan rombongan berpisah untuk menuju ke rumah masing-masing. Total perjalanan hari itu 31.9 km yang ditempuh dalam 5 jam 23 menit.
Di 1 kilometer sebelum finish di Stadion Candrabhaga, ban belakang Camp Hazy gw pun kempes, dan terpaksa menyelesaikan etape itu dengan dibonceng motor om Didik, teman satu perjalanan dari Chapter Bekasi.
Banyak beredarnya foto dan video di lokasi sawah yang tiba² ngehitz ini, membuat gw langsung mengiyakan ajakan Iwan Romadhona untuk nerbangin drone di sini.
Dari rumah ternyata tidak terlalu jauh, kurang lebih 54 km atau 1.5 jam naik mobil.
Gw ajak Utami, alhamdulilah langsung mengangguk OKE, sembari bilang ‘udah lama gak main ke sawah’. Sip!
Jadi lah pagi itu kami gabung dengan Iwan, teh Yusie, Fernando Chaniago, Fauzan Azhima dan juragan kopi Roni untuk nerbangin drone dan mengeksplorasi hamparan sawah yang luar biasa indahnya ini.
Sebagai properti, kami membawa 2 sepeda lipat namun karena keasyikan moto², jadi cuma sepedanya Utami yang menjelajah jalanan yg membelah sawah ini.
It’s so much fun, terlebih kami berjumpa dengan kawan² droner yg lain, yang mengundang kami untuk sarapan di tengah sawah. Alhamdulillah!
You must be logged in to post a comment.