22 Tahun Berinternet

Pagi ini saat menyalakan iMac, kalendernya berdentang. Wow, First Day Connect to Internet (1999) katanya.

Memori langsung flashback berlarian, ke sebuah rumah kontrakan di Pondok Bambu di tahun 1999. Masih jelas teringat pagi-pagi kemarinnya gw browsing dari kantor di Tanjung Duren untuk mencari ISP/Internet Service Provider untuk di rumah. Dari CBN (www.cbn.net.id), IndosatNet (www.indosat.net.id), Centrin Internet (www.centrin.net.id) sampai Indonet (www.indo.net.id).

Pilihan saat itu akhirnya jatuh ke indonet. Alasannnya apa, gw udah lupa hehe. Dan karena dapat mailbox dari ISP juga (dengan kuota 5 Mb kalau gak salah), gw ambil dari nama anak gw yang pertama, Ingga, sebagai alamat email gw: ingga**@indo.net.id.

Oya, sebelumnya gw ke Glodok atau Mangdu dulu ding, cari-cari modem. Waktu itu dapat modem internal US Robotics 56 Kbps yang kalau lagi dial up ke ISP bunyinya sangat khas berisiknya. Anak jaman sekarang mungkin gak kenal suara modem saat mau connect ke internet ya, kayak gini nih:

Singkat cerita, modem sudah dipasang di PC, lalu coba connect pertama kali dari rumah. Seingat gw lamaaaa banget koneknya, alias suka putus kalau udah konek. Dan speednya, tertera di status bar Windows sekitar 4.9 Kbps. Ya, kurang dari 5 kilobyte per seconds. Saat itu udah lemot banget apalagi dibandingin sama saat ini, jangan deh 🙂

Tapi dari modem itu lah gw berkenalan dengan Yahoogroups dan mailing list. Beberapa mailing list gw ikuti, sembari nanya troubleshooting untuk koneksi internet yang lambat. Jawabannya beraneka macam, tapi yang paling menyayat hati adalah jawaban untuk ‘pindah rumah aja kalau semua sudah dicoba dan kecepatannya tetap lambat.’

Eh tapi baidewai ternyata jawaban itu beneran gw lakuin lho. Menjelang akhir tahun 2000 atau sekitar 15 bulan setelah berinternet di rumah, gw sekeluarga pindah ke Jatibening sampai sekarang. Dan di rumah ini, dial up modem bekerja maksimal. Benar-benar posisi menentukan prestasi ternyata. Dari yang cuma 5 Kbps bisa menembus 48 Kbps, yang saat itu ngebut banget rasanya. Tapi ya gitu deh, jaman segitu mana ada yang unlimited internet, jadi connect dulu, download semua email, lalu matikan modem. Baca-baca, ketik email yang perlu dibalas, connect ke internet, kirim email, putusin lagi. Ya namanya juga berhemat hehehe.

And then, teknologi dan speed internet pun cepat sekali berkembang setelah itu. Dial up modem pun gw tinggalkan sejak teknologi internet nirkabel lewat handphone terasa lebih cepat, mobile dan gak gampang putus. Bisa connect di mana pun menjadi keistimewaan walau awalnya kecepatannya cuma 2G (sekitar 0,1 mbps) dan 2.5G/Edge (0,2 mbps).

Hingga kemudian saat kebutuhan untuk berlangganan TV Kabel dan unlimted internet high speed pun gak bisa ditolak. Pada tahun 2009 gw berlangganan Telkomvision, berlanjut ke First Media 2 tahun kemudian dan kini memakai Oxygen Internet di tahun 2021. Kecepatan yang awalnya hanya 10 mbps dengan Telkomvision, bertambah hingga 60 mbps dengan FM dan kini cukup nyaman dengan Oxygen Internet up to 100 mbpsnya.

Test kecepatan internet dengan Oxygen Internet

Gak bisa dipungkiri, apalagi di jaman pandemi seperti sekarang, kecepatan koneksi internet seakan menjadi nafas kehidupan dari rumah, bikin kita wajib mencari provider yang -kalau bisa- murah dan cepat dan tak terbatas quota. ISP yang menerapkan harga mahal dan sering putus sambung, tentu cukup menjengkelkan. Ya gak?

Begitulah ceritanya, yang selama 2 dekade ini sudah banyak banget peningkatan pelayanan, kecepatan dan teknologi di internet yang bisa kita nikmati. Dengan layanan unlimited internet dengan speed kencang seperti saat ini, para provider internet lawas pun tentu sudah mengubah layanan-layanan mereka. Barusan gw kunjungi ISP-ISP jaman dulu di atas yang ternyata alamat situs web mereka pun sudah berubah -bukan seperti yang gw tulis itu- beberapa masih exist dengan jenis layanan dan target market yang berbeda.

Ya, mau gak mau, semua kudu berubah mengikuti perkembangan jaman..

Pulangnya Seorang Sahabat

Peti jenazah Arief dan beberapa peti mayat lainnya..

Whatsapp group Terios Rush Club Indonesia tetiba bergemuruh sesorean tadi. Berawal dari kabar seorang kawan, Arief Hidayat, ketua MTT/Majelis Taklim TeRuCI, dikabarkan terjangkit Covid 19. Dan statusnya, kritis.

Ramai lah feed dari kawan-kawan, mendoakan Arief agar diberi kesembuhan oleh Allah subhanahu wa ta’ala.

Namun Allah lebih sayang kepada Arief. Satu jam kemudian kabar itu hadir, Arief sudah tiada. Innalillaahi wa innaa ilaihi roojiun, ia pergi meninggalkan Esti istri tercintanya, dan ketiga anaknya.

Keesokan harinya, kami berhimpun di Zoom meeting, mengantarkan Arief dari Rumah Sakit Budi Asih di Cawang menuju ke tempat peristirahatan terakhirnya. Selama menanti ambulans yang hendak menjemputnya datang, Zoom meeting diisi dengan kata-kata kenangan dari para sahabat-sahabatnya, satu per satu, yang bersaksi bahwa Arief adalah orang yang baik, ma syaa Allah.

Benar-benar Tempat Pemakaman Umum yang lain dari biasanya…

Kawan-kawan pun terus menemani secara virtual hingga Arief dimasukkan ke liang lahat, di TPU Rorotan, sebuah tempat pemakaman umum khusus jenazah yang meninggal karena covid 19. Subhanallah, oleh Wisnu yang mengantarkan Arief secara langsung, sore itu sudah dikubur 80 jenazah covid 19, dan setelah Arief dimakamkan masih berdatangan hingga 5 jenazah.

Takziah Online

Malam harinya, kami pun kembali berkumpul untuk bertakziah secara online lewat Zoom kembali. Acara yang dipimpin oleh ustadz Aby Sayma dihadiri oleh 50-an Premium Member, bukti bahwa banyak yang kehilangan Arief.

Betapa dahsyatnya Covid 19 ini, dahsyat sekali. Mari kita terus memproteksi diri dengan terus menerapkan 3M semampu kita, dimanapun kita berada. Semoga kita terhindar dari wabah yang mengerikan ini, aamiin yaa Rabbal ‘aalamiin.

Selamat jalan Rief, Allahummaghfirlahu warhamhu wa afihi wa fu’anhu..

Show Must Go On

Rencana bisa berubah tanpa kita sangka sebelumnya. Hilman, yang bertugas meng-handle live streaming via OBS dari Zoom ke Youtube dalam rangkaian prosesi wisuda SMP Santa Ursula Jakarta, pada H-2 harus masuk rumah sakit karena terkena Covid 19. Laa hawla wa laa quwatta illa Billaah.

Dalam waktu 2 hari, mencari operator Live Streaming untuk acara yang diadakan di akhir pekan ternyata cukup sulit. Dari 5 orang yang kami hubungi, semuanya sudah full job.

Dan saat general repetisi yang dilakukan kemarin, satu teknisi yang akhirnya kami sewa ternyata tidak bisa bertugas sebagaimana yang kami minta. Namun alhamdulillah, di malam terakhir sebelum hari H, Om Codot kawan satu klub mobil TeRuCI mengajukan diri untuk membantu.

Dan, alhamdulillah, om Codot yang sudah berpengalaman untuk menghandle misi seperti ini pun bisa menyelesaikan template di OBS yang dipergunakan untuk live streaming sesuai rencana.

Show must go on!

Instagram Top Nine 2020

Account @oyi_k

Tahun 2020 selesai sudah. Di tahun yang ‘istimewa’ sangat ini, terutama karena pandemi Covid 19 yang menghentikan hampir di semua sendi kehidupan sepanjang tahun 2020, berefek juga kepada dunia sosmed, salah satunya Instagram pribadi.

Gw punya dua account IG, di @oyi_k dan @oyi_life. Yang nomor dua khusus untuk postingan video, yang gw mulai saat account FB gw disuspend kurang lebih 2 tahun lalu. Followernya pun masih sedikit dan tak banyak penambahan follower dibanding tahun lalu.

Sedangkan account IG utama, @oyi_k, juga terimbas lesu akibat tidak banyak bepergian alias traveling seperti tahun-tahun yang lalu. Ya, namanya juga tahun keprihatinan, semua kudu maklum.

Oke deh, postingan blog yang terakhir di tahun 2020 ini kita tutup dengan doa dan harapan agar pandemi cepat berlalu dan perekonomian segera pulih serta kita semua dapat tersenyum lebar lagi seperti dulu, aamiin.

Account khusus video di @oyi_life

14 Tahun ngeBlog!

Tau² dapat info dari WordPress kalau hari ini pas 14 tahun ngeBlog di WordPress.

Awalnya dulu suka nulis di situs https://kaffah4829.wordpress.com yang didesain sebagai media untuk menumpahkan ide dan tulisan.

Namun sejak kamera di HP semakin canggih, kegiatan ngeblog jadi bergeser sedikit temanya, posting while you were doing, let’s snap it.

Jadi lah membuka situs photo blogging ini, walau masih menggunakan versi gratisan saja karena memang untuk dokumentasi pribadi yang dishare di internet.

Thank you WordPress, you are definitely the best!

The Wedding Day of Kinan + Aqi

Pagi ini di Klaten, diselenggarakan Akad Nikah dan resepsi sepupu gw, Fauzan Atief Kinantoko, atau yang biasa kami panggil Kinan dengan wanita pilihan hatinya yang juga kawannya satu kampus di ITB, Aqidah Mutaharah.

Tanggal pernikahan ini sudah bergeser dari bulan lalu, yang diundur karena masa puncak pandemi Covid 19.

Alhamdulillah akad nikah berlangsung lancar tanpa hambatan, disaksikan kurang lebih 100 orang melalui aplikasi Zoom yang dihost oleh om Fari Yono dan dikomandani oleh Tante Titi dari Cibubur Depok.

Sebagai keluarga besar yang tidak bisa hadir langsung ke Klaten, kami pun tetap berdandan layaknya tamu pesta pernikahan walau hanya menyaksikan dari layar komputer atau HP di rumah masing-masing.

Seru juga lho, sebuah pengalaman baru menyaksikan sebuah acara akad nikah secara streaming dari Zoom maupun private room yang direlay ke Youtube, top wis!

Dan sebagaimana biasa, sebelum webinar ini selesai, kami pun berfoto bersama, jepret!

Selamat ya Kinan dan Aqi, barakallahu laka wa baraka alaik, wa jama’a bainakuma fii khair, aamiin.

Google Meet FE89

Jaman online seperti sekarang, justru mudah untuk membuat silaturahim virtual ya. Seperti malam ini dari group Whatsapp Alumni FE 89 Universitas Diponegoro Semarang, diadakan Halal Bihalal Online.

WhatsApp Image 2020-05-31 at 8.20.09 PM

Memang tidak banyak yang ikut, hanya 13 orang saja dari sekitar seratusan anggota group. Ya 13% lumayan lah untuk meeting online pertama.

Next time semoga lebih ramai lagi, in syaa Allah.

Family Meeting dengan Zoom

zoom family meeting

Alhamdulillah, ada obat kangen untuk bersilaturahim dengan keluarga besar Mintardjo di saat wabah Covid 19 melanda seperti sekarang.

Kami memanfaatkan aplikasi Zoom, yang bisa menampung lebih dari 4 orang (bila kita menggunakan Whatsapp Video Conference) bahkan kabarnya sampai 100! Dan malam ini pesertanya bisa sampai 13 orang, dari Jabodetabek hingga Bali dan Kuala Lumpur.

Benar-benar obat kangen yang ampuh, semua sejenak melupakan krisis nasional dari serangan virus Covid 19, dengan bercerita dan tertawa selama lebih dari satu jam, lebih dari 40 menit yang dibolehkan oleh Zoom sebagai pengguna free version, dengan diberi Gift tambahan waktu, alhamdulillah.

Next time lagi ya folks!

Flatland Photography Tutorial

Group drone yang gw ikuti memintaku untuk mengisi sesi Workshop di hari terakhir Pameran Foto Drone Warna Indonesia di Perpustakaan Nasional, Gambir Jakarta.

Tema yang diminta adalah tutorial Flatland Photography, satu jenis genre foto yang dalam 2 tahunan terakhir sempat booming, yang diperkenalkan oleh droner dari Istanbul, Adin Buyuktaz.

Foto flatlandku yang dipamerkan di Perpusnas

Sebenarnya banyak tutorialnya di YouTube, dengan mengetik keyword Flatland Drone Tutorial atau Droneception, akan berderet video untuk disimak.

Dan jadilah gw tampil Sabtu siang itu, berbagi pengalaman dan tips untuk membuat foto Flatland menggunakan drone.

Alhamdulillah, banyak yang hadir dan mencecar gw dengan beberapa pertanyaan, semoga peserta workshop hari ini mendapat ilmu yang bermanfaat, aamiin.

Terima kasih Neodronegraphy untuk kesempatannya, salam terbang terus! 👋😄

Keluar dari Penjara FB

Alhamdulillah, akhirnya bebas juga gw dari penjara FB. Akun gw ditahan sejak 12 Januari 2019 gara² ada seseorang yang memalsukan akun FB ini. Sejurus gw langsung posting dan meminta bantuan kawan² untuk melaporkan pelaku (ada di thread sebelum ini). Namun, tiba² di inbox muncul banyak pemberitahuan dari FB kalau gw melakukan kejahatan pemalsuan akun (lho!). Bisa jadi kerjaan dari teman²nya pelaku yang akunnya rame² dilaporkan, or bisa juga kawan² gw yg salah melaporkan akun 😁

Setelah itu, upaya memulihkan akun pun segera dilakukan, melalui Help Center FB. Namun segala upaya banding ditolak, karena nama dan tanggal lahir gw di database FB tidak sama dengan yang tertera di KTP/SIM/Paspor. Ya, karena gw pakai nama panggilan instead of nama asli dan tanggal lahir memang sengaja dikaburkan untuk alasan keamanan (haiyaaaah).

So, capek juga banding, akhirnya gw milih diam dan bikin akun tambahan di Instagram (@oyi_life) untuk mengganti aktivitas di FB. Banyak yang menyuruh bikin akun FB baru, tapi untuk apa, karena setelah 10 tahun di FB lama² FB menjelma menjadi cloud server untuk foto dan video di masa lalu, yang bisa dilihat kapan saja. Kalau cuma bikin akun baru, toh gw udah bikin akun baru di IG yang ternyata gak kalah mengasyikkan.

Sampai akhirnya tiba lah siang ini, FB mengirimkan email yang isinya mereka telah melakukan kesalahan dalam meng-nonaktif-kan akun gw (It looks like your account was disabled by mistake. We’re sorry for the inconvenience. You should now be able to log in).

Ya sudah, gak apa², kita ambil hikmahnya aja, hadapi dengan senyuman, semua yang terjadi biar terjadi. Hadapi dengan tenang jiwa, semua kan baik-baik saja, ya tho.. 😊

Tamat.