Gowes Desember di Purwokerto

Di depan Alun-alun Purwokerto

Akhir pekan ini kami harus ke Purwokerto untuk menengok Bapak yang sedang sakit. Kami pergi hanya berdua, setelah Maryam si bungsu menolak untuk ikut. Duh.

Karena mobil kosong tanpa penumpang, kami pun membawa 2 sepeda lipat andalan untuk gowes di sana. Dibawalah Camp Hazy 5s dan Element Pikes Dragon. Let’s go!

Hari pertama, gw serahkan Utami untuk memilih rute perjalanan. Dia ingin ke tepi Sungai Serayu, melewati Gunung Tugel namanya. Wah, cukup menantang ini, banyak turun naiknya lho, tapi oke lah..

Belajar gowes tanjakan ini 😁

Lumayan juga, naik turun ternyata Utami cukup kuat, hanya sekali TTB/Tuntun Bike karena memang cukup curam tanjakannya. Sebagai member anti tanjakan club, mari kita acungi jempol. Mantap!

Setelah melahap tanjakan-tanjakan, kami pun disuguhi pemandangan hamparan sawah yang memanjakan mata. Gak pakai lama, kami cari pematang sawah buat berpose, karena memang gowes itu harus pakai foto-foto kalau sama bini, Ya kan? 😆

Di pematang sawah Patikraja
Tuh cakep kan pemandangannya?

Puas berfoto-foto di tepi sawah, kami pun sampai di Sokawera, Patikraja. Saat melihat tanda petunjuk ‘Warung Desa’ di pinggir jalan membuat kami jadi pengen mampir, buat sarapan Kupat Tahu, yang cukup nikmat, alhamdulillah.

Di depan Warung Desa dengan Bu Mur

Tak dinyana ternyata pemilik warung adalah mantan ibu guru TK yang kenal dengan ibu mertua, yang dulu memang pangawas sekolah di kecamatan Patikraja. Kami pun berpose dengan beliau buat kenang-kenangan, jepret!

Dari situ, perjalanan kami stop karena harus balik lagi ke rumah di Karang Pucung walaupun baru 9.5 km saja gowesnya. Dan karena mengejar ‘masuk kantor’ hari itu, kami pun memilih pulang dengan naik taxi, wuuuussss..

Keeseokan harinya, gw yang ajak Utami untuk latihan menanjak lagi, Kali ini dalam kota aja, ke Utara, ke arah Grendeng tempat kampusnya Kakak Ingga, Universitas Jenderal Soedirman. Rute yang dipilih melewati Alun-Alun Kota Purwokerto (foto ada di atas tulisan ini), lanjut ke Utara melewati jalan Ahmad Yani hingga Pasar Cerme untuk kemudian belok kanan ke Jalan Riyanto.

Di jalan ini lah Utami melihat bakul Serabi, dan kami pun berhenti sebentar untuk membeli beberapa serabi untuk sarapan pagi.

Beli Serabi

Tak dinyana, di sini kami bertemu Bowo dan Cici, adik ipar yang juga suka bersepeda. Yowis, foto-foto dulu lah buat bukti ke ibu Mertua hihihi..

Ketemu cyclist Purwakerta 🙂

Dari situ kami ke arah Selatan menuju Unsoed, menyusuri jalanan yang menurun di daerah Karangwangkal kemudian pulang. Total perjalanan pagi itu 17.55 km.

Sorenya, gw gowes lagi. Kali ini sama mbak Ingga yang males banget disuruh gerak. Awalnya hendak ngedrone aja di jalan tembus baru dari Jalan Sudirman ke jalan Gerilya. Tapi begitu melihat banyak orang yang bersepeda sore-sore, akhirnya kami balik sebentar ke rumah untuk ganti bersepeda di sore itu. Gak jauh-jauh lah, cuma 13 km aja.

Gowes bareng Mahasiswi 🙂

Alhamdulillah, selesai sudah cerita 3 hari di Purwokerto dengan bersepeda. Tetap pakai masker, hindari kerumunan dan menjaga jarak, in syaa Allah sehat selamat dari Covid 19, aamiin..

Gowes di Purwokerto

4 hari berlibur pulang kampung ke Purwokerto, salah satu agenda wajib kami adalah bersepeda.

Dari rumah sudah dilipat satu sepeda Camp Hazy 5s, yang untuk pertama kalinya dipakai gowes di Purwokerto.

Tiba di rumah mertua hari Jumat siang, sore harinya Utami sudah gak sabar buat gowes. Bikelah. Karena dia gak bawa Element Pikesnya, terpaksa deh meminjam sepeda lipat United milik Bowo adiknya. Dan sore itu 17 km pun terlewati, mengambil rute dari rumah ke Sokaraja pulang pergi sembari mencari sawah buat background foto sore itu. Jepret!

Sabtu paginya, giliran gw sepedahan sendiri. Rute menanjak ke arah Sekolah Polisi Negeri/SPN Purwokerto via Unwiku, lanjut ke Unsoed dan Sokaraja, menjadi pilihan. Biasanya sih rute ini gw lalap memakai MTB secara kontur treknya naik turun cukup terjal, tapi memakai Seli juga gak masalah ternyata. Kurang lebih 34 km pun terlewati dengan menggowes Camp Hazy 5s andalan.

Ahad pagi, sebenarnya pengen gowes sendirian lagi tapi ibunya anak² pengen ditemani gowes. Ya sudah daripada gw dipunggungi saat tidur, baik lah mari kita kemon.

Gw ajak gowes ke arah jalan Sudirman, mampir di jembatan instagramable yang menghubungkan ke arah jalan Gerilya, lanjut ke underpass Jenderal Sudirman, mampir ke SMAN 1 tempat Utami sekolah dahulu, lalu arah pulang ke rumah lewat simpang Gunung Tugel. Gak jauh sih, cuma 18 km pagi ini.

Sip lah, 3 hari diisi dengan bersepeda, dengan udara yang sejuk dan minim polusi, bersepeda di Purwokerto memang enak tenan!

Ngadem di Hutan Pinus Limpakuwus

5 bulan dikarantina akibat Covid 19, membuat perjalanan mudik ke Purwokerto gak melulu hanya gowes. Anak² pun senang waktu diajukan opsi menikmati hawa dingin pegunungan di Baturraden.

Opsi mengunjungi Hutan Pinus Limpakuwus pun disodorkan mbak Ingga, yang pernah berkunjung ke mari bersama teman²nya, naik motor pula dari kampus (!).

Dan, suasana sepi pun masih terasa, saat foto liburan di sini kami sebar di group keluarga. “Wah sepi banget” kata Tomo, “Biasanya tumpah ruah” sambungnya.

Kami pun bebas memilih spot foto, baik di jembatan gantung atau di signage Hutan Pinus yang ramai bertebaran di Instagram.

Walau pun sepi, kami tidak terlena, protokol kesehatan Covid 19 pun tetap kami patuhi, demi kebaikan dan kesehatan bersama.

Tak sampai 2 jam, kami pun turun pulang ke rumah mbah, karena waktu sholat Ashar hampir habis.

Semoga tetap bersih dan cantik ya, Hutan Pinus Limpakuwus, aamiin..

Mudik Lagiiii

Selepas purna tugas jadi ketua Musholla yang udah 9 tahun gw jabat, itu berarti ada chance untuk berlebaran Idul Adha di Purwokerto.

Dan beneran, saat cek tiket sepur masih ada seat, jadi lah kami bertiga mudik ke Purwokerto, meninggalkan Ingga yang menemani Najah karena ada acara sekolahnya di hari Senin.

Kami juga sudah memesan sapi untuk dikurbankan, dinamakan Sompi oleh Maryam. Di Karang Pucung sini, banyak yang menyembelih hewan kurbannya sendiri² bersama para keluarga besar, jadi tidak disalurkan lewat masjid atau musholla.

Dan setelah Sompi disembelih, dagingnya dibawa ke bengkel Intan Jaya milik adiknya Utami, dan disini Sompi dicacah-cacah untuk dibagi-bagikan ke keluarga besar dan masyarakat di sekitar rumah Mbah Subagyo.

Tak sampai 5 jam, pekerjaan barengan itu pun selesai dan tiba saatnya kita menikmati daging kurban bersama-sama.

Allahu Akbar wa Lillahilhamd!

14 Jam Balik ke Bekasi

Timing is everything. Saat om Joko pulang kembali ke Cimanggis dari Semarang pukul 6 pagi, beliau sukses sampai Jakarta jam 14. Hanya 8 jam ya. Bandingkan dengan kami, yang karena ada beberapa hal yang dilakukan di pagi dan siang hari, membuat kami meninggalkan Semarang pukul 16, dan sampai di Jatibening Bekasi pukul 06 pagi keesokan harinya.

14 jam di jalan, dengan istirahat makan malam 1.5 jam, tidur 2 kali di pinggir jalan tol masing² selama 1 jam, membuat kami sukses mendapat predikat Mudikers 2019 tahun ini 😁

Mendadak Mudik

Tiket kereta api pp sudah dibeli jauh² hari, berangkat hari Selasa sore, pas malam takbiran. Namun semalam, waktu di mobil sekeluarga full team hendak ke Masjid Darussalam untuk itikaf, iseng gw cek Google Maps ke Purwokerto, kok jalanan biru semua, cuma 7.5 jam katanya. Lalu gw bilang, ‘Langsung ke Purwokerto aja yuk’, yang gak disangka dijawab ‘Ayuuuk’ sama para penumpang. Nah lho!

Jadilah kami mendadak mudik semalam, yang ternyata jalanan padat merayap dari Cikarang Utama sampai km 102. Hayah udah terlanjur, masa mau balik kanan?

Setelah istirahat dan tidur 2 jam di rest area km 102, ba’da subuh kami lanjut lagi dan mendapat surprise contra flow di tol Cipali hingga Palimanan sepanjang 60 km, maknyus!

Dan jadi lah kami malam ini sudah menikmati sate kambing andalan serta ngopi di Balai Kopi Karang Pucung Purwokerto, Alhamdulillah.

Selamat mudik, menjalin ukhuwah dalam ikatan keluarga, kawan! 😄

Go to 0281

Mudik lagi. Kali ini dalam rangka merayakan 50 tahun Pernikahan Emas Bapak Ibu. Ma syaa Allah, usia pernikahan yang sering dijadikan pencapaian luar biasa dari perjalanan sebuah rumah tangga.

Kami, anak-anaknya, pun berharap dikaruniai usia yang panjang dan barokah untuk dapat melanjutkan kehidupan ini seharmonis dan langgeng seperti rumah tangga Bapak Ibu Subagjo.

Barakallahu laka wa baraka alaik, wa jama’a bainakuma fii khair, aamiin.

Mudik Air 2018

Hari Rabu 13 Juni 2018 adalah hari yang ditunggu-tunggu keluarga Jatibening, karena hari ini kami mudik Lebaran ke Purwokerto.

Karena kehabisan tiket kereta api, dengan ‘terpaksa’ kami bepergian menumpang Susi Air PK-VVO ke Cilacap/CXP dari Bandara Halim Perdanakusuma/HLP.

Alhamdulillah, kali kedua naik pesawat Cessna Grand Caravan ini sungguh menyenangkan sekali, terlebih cuaca cerah dan pemandangan di luar jelas terlihat dari jendelanya yang besar.

Penumpang pagi ini hanya 11, dengan komposisi 1-2 sebanyak 3 baris dan 2 penumpang di kursi paling belakang, fully booked nampaknya.

Setelah kurang lebih satu jam, kami pun mendarat dengan selamat di Tunggul Wulung Airport, Cilacap.

Selamat berlibur semuanya, mohon maaf lahir dan bathin!

Bandara Tunggul Wulung Cilacap/CXP

Kemenhub Drone Short Course

Sepekan yang lalu dihubungi Adja, seorang teman di Yogya, memintaku untuk menghandle pelatihan drone di Kementerian Perhubungan/Kemenhub Jakarta, guna pemantauan arus mudik Lebaran 1439H/2018.

Gayung pun bersambut, dan bersama Safadra, kawan satu klub drone Neodronegraphy, kami pun melatih 6 calon pilot drone Kemenhub, terbang menggunakan DJI Inspire 2.

Pelatihan yang dijadwalkan selama 4 jam ini berlangsung cepat, lancar, cair dan bersemangat, walau semuanya sedang berpuasa Ramadhan.

Semoga pelatihan ini membawa manfaat bagi Kementerian Perhubungan dan hasilnya dapat dinikmati oleh masyarakat umum, terutama yang mudik lebaran.

Keep #flysafe!

Menikmati Macet

Sudah tiga jam setengah dari rumah, hendak menuju tikum/titik kumpul bareng klub mobil menuju Purwokerto di Rest Area km 86 tol Cipali, kami baru sampai km 35. Macet ya? Nggak, cuma parkir berjamaah.

Ya itu lah resiko bepergian saat long weekend seperti ini, banyak warga Jabodetabek balik kampung juga liburan dengan naik mobil pribadi. Jadinya ya begini, beringsut-ingsut bareng ribuan mobil yang antri keluar dari tol Jakarta-Cikampek.

Have fun, perbanyak dzikir saja ya.