Wendy, Sang Mualaf

Pagi ini kami memenuhi undangan Wendy LoFu, seorang mualaf yang kami kenal di media sosial Facebook dari feed Aksi-aksi Bela Islam.

Dan Allah mempertemukan kami untuk pertama kalinya saat ia meminang gadis pujaan hatinya, Lailatul Fitria di Ciledug, Kebayoran Lama.

Karena sudah sering berkomunikasi di Facebook, kami pun sudah seperti lama berkenalan, saling bercerita sembari menunggu penghulu tiba.

Barakallahu laka wa baraka alaik, wa jama’a bainakuma fii khair, semoga langgeng pernikahanmu yaa akhi, ana uhibbuka fillah.

Reuni 212 2018

Pagi-pagi sekali kami keluar dari hotel Take’s Mansion yang kami inapi semalam. Jalan MH Thamrin sudah penuh dengan peserta reuni 212, menuju silang Monas untuk mengambil shaf guna sholat tahajjud dan sholat Subuh berjamaah.

Suasana begitu meriah, teringat saat tanazul dari Mina ke Arafah. Bedanya, pagi ini tidak ada pekikan kalimat talbiyah. Samanya, mayoritas berpakaian putih dan menuju titik yang sama untuk berkumpul.

Kami pun mendapat tempat sedikit ke tengah dari pintu depan bundaran Indosat. Agak sedikit berbaur antara jamaah akhwat dan ikhwan. Walaupun sudah ditentukan tempatnya namun di lapangan memang susah mengaturnya. Tak apalah, bismillah.

Pagi ini, mungkin jutaan warga yang hadir. Sesak sekali, beringsut untuk berpindah tempat pun agak sulit, tidak seperti reuni 212 tahun lalu. Ini luar biasa, begitu bungah dan bangga menyaksikan ini semua. Kami benar-benar membutuhkan sarana ini, untuk mengenang kembali ghirah yang ada di dada 2 tahun yang lalu.

Menjelang pukul 10, kami pun ‘pamit’, meriung ke kedai kopi di bilangan Sabang, melepaskan penat dan mendinginkan tubuh yang berpeluh sejak tadi sembari bertutur kembali mengenang sebuah perjalanan waktu sejak sebelum subuh hingga Dzuhur menjelang.

Terima kasih ya Allah, doa kami yang meminta kelancaran acara ini, telah Engkau kabulkan. Allahu Akbar!

Reuni 212, Here We Go!

Acara #Reuni212 masih besok dilaksanakan, tapi kami berniat berangkat lebih awal. Ya, rencananya pengen ikutan sholat tahajjud dan subuhan berjamaah dini hari esok di Monas.

Terlebih Utami mendapat amanah menyalurkan bantuan 500 roti yang rencananya akan dibagikan di tenda-tenda relawan di Monas.

Pucuk dicinta ulam pun tiba, kami melihat tenda Majelis Dzikir Seluler asuhan ustadz Haikal Hasan di Medan Merdeka Selatan. Kami berhenti di sana dan menyerahkan semua roti untuk disalurkan kepada peserta reuni 212 esok hari.

Alhamdulillaah, ghirah jamaah dan peserta Reuni Akbar 212 itu, sudah mulai terasa malam ini, bagaimana besok coba? Semoga lancar dan aman semua, aamiin..

Colorful Ka’bah

I was stunned at the first time I saw this photo. It looked like a fake photograph since I never saw this colorful thawaf before.

But as I watch it on Makkah Live TV, my curiosity has been answered. This is a situation when the heat is so high, the Hajj pilgrim covered their body from a hot sun rays by using umbrellas.

You can check and witness it here at noon on Saudi Arabia Time. It’s just so wonderful, ma syaa Allah.

Lailatul Qadr Chasers

Malam ini adalah malam ke dua puluh tujuh Ramadhan, suatu malam yang banyak diyakini sebagai malam yang lebih baik dari seribu bulan. Ini bersandar pada suatu hadits “Telah menceritakan kepada kami Washil bin Abdul A’la Al Kufi telah menceritakan kepada kami Abu Bakr bin ‘Ayyasy dari ‘Ashim dari Zirr berkata; Aku bertanya kepada Ubay bin Ka’ab; “Wahai Abu Mundzir, dari mana engkau tahu bahwa lailatul Qodar pada malam dua puluh tujuh?” dia menjawab: “Memang demikian, telah mengabarkan kepada kami Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bahwa itu adalah malam, yang mana pagi harinya matahari terbit tanpa bersinar lalu tanda tersebut kami hapalkan. Demi Allah sebenarnya Ibnu Mas’ud mengetahui tanda tersebut pada bulan Ramadlan. Dan itu pada malam ke dua puluh tujuh, namun dia tidak ingin mengabari kalian karena takut kalian hanya akan menunggu tanpa beramal.” Abu ‘Isa berkata; “Ini merupakan hadits hasan shahih.” (HR At Tirmidzi No 723)

Tak heran di malam ini semakin banyak yang hadir memburu Lailatul Qodr, lebih ramai dibanding malam-malam sebelumnya. Perkara akan meraih malam seribu bulan mungkin bukan lah yang dicari, namun memperoleh rahmat dan hidayahNya lah yang utama.

Selamat berburu malam kemuliaan, saudaraku.

Inni Uhibbuka Fillah

Sungguh, sesungguhnya aku benar-benar mencintai ustadz muda ini karena Allah. Ustadz yang kaya benar ilmunya, –sedikit sekali, kalau tak boleh aku bilang jarang-, ustadz muda yang begitu menguasai ilmu Al Qur’an, Hadits dan segudang ilmu lainnya yang dihafalnya di luar kepala.

Mengikuti kajiannya, jangan harap bisa mengekor dengan menulis dan mencatat, lupakan, bakalan tertinggal dengan kecepatan hafalan dan penyampaiannya. 

Mending kita menikmati gaya khasnya dalam berdakwah (toh selalu ada video² kajiannya di YouTube, Facebook, atau di AkhyarTV untuk disimak ulang hehehe) yang menjelaskan dengan sangat presisi letak ayat-ayat Qur’an atau nomor hadits yang sedang dikupasnya, ‘ada di pojok kanan atas sedikit ke bawah‘ atau ‘kitab Al Bukhari nomor xxxx, halaman sekian paragraf sekian‘. Wow!

Belum lagi cara beliau menjelaskan sebuah kaidah fiqih dengan sangat komprehensif, tuntas dan berkelas. Kadang sampai terbengong-bengong aku melihat caranya bertutur hingga menjawab pertanyaan dari para jamaah. 

Mengikuti kajiannya, seperti waktu itu berlalu dengan cepat dan selalu terasa kurang. Baru duduk sebentar rasanya, tau-tau udah disuruh ngucapin doa kafaratul majelis….. 😑

Gak bakalan bisa aku mengungkapkan semua kekagumanku pada beliau, yang semakin sering mengikuti kajiannya, semakin terasa betapa fakirnya ilmu diri ini.

Aku hanya bisa mendoakan, tidak hanya kepada Ustadz Adi Hidayat yang kaya ilmu namun rendah hati ini, tapi juga kepada semua ulama pewaris ilmu dan pemegang tongkat estafet dakwah Rasulullah shalallahu alaihi wasallam, semoga Allah subhanahu wa ta’ala selalu melindungi mereka, aamiin yaa Rabbal’aalamiin.

Ana Uhibbuka Fillah, tadz, tolong cari aku kelak di akhirat bila kau tidak menemuiku di surga.. 😣

Jumatan di Tokyo Camii

Ini adalah tujuan utama kami hari ini: Jumatan di masjid Tokyo (Tokyo Camii) di kawasan Shibuya. Dengan memanfaatkan JR Pass, kami ambil kereta Yamanote Line kemudian disambung Chiyoda Line, turun di stasiun Yoyogi Uehara. Dari stasiun lanjut jalan kaki 10 menit, sampai deh.

Beruntung, di Jepang Jumatannya menunggu jamaah, kira-kira satu jam setelah adzan Dzuhur yang kemarin jatuh pada pukul 11.58 GMT +9, sehingga kami pun sempat untuk menunaikan sholat Jumat di masjid ini.

Khotbah Jumat dalam dua bahasa, bahasa Jepang dan Inggris, sehingga kita pun bisa paham apa yang disampaikan.
Setelah sholat Jumat usai, jamaah termasuk kami, antri untuk menyantap Halal Kebab Turki di kantin masjid.

Ma syaa Allah, nikmatMu yaa Rabbi, besar sekali bagi kami di hari ini, alhamdulillah..

Jumu’ah Pray at Masjid Khutobia


Doesn’t it feel great if you could go travel around the world and visiting one of many beautiful mosques just to prostrate on it and make a du’a along with local jamaah?

This Friday is my turn to have that luck. I visited Marrakech city and worshipping in the ancient mosque with its phenomenal minaret: Masjid Khutobia.

Mosques Hunter

SURABAYA – One of my interest when visiting any cities is hunting for the mosque. Not just the ordinary mosque but I prefer the biggest mosque or the historical ones.

Like our trip to Surabaya this weekend, I put Ampel and Cenghoo mosques in the list.

Masjid Ceng Hoo

Masjid Ceng Hoo

The first one is Cenghoo mosque outside of Surabaya, in Pandaan. We stop by and performing jama’ Dzuhur and Ashar here in our way to Taman Safari II in Prigen. This unusual design of mosque really attracts visitors, not mention the red that dominating the colour of this mosque. More about this mosque can be read here.

Masjid Ampel Surabaya

Masjid Ampel Surabaya

The second mosque I visited was the Ampel mosque. I went to this ancient mosque (built in year 1421 by one of Wali Songo Raden Rahmatullah or known as Sunan Ampel) on fajr pray this morning. Surprisingly, the market that surrounding this mosque was alive for 24 hours, due to this mosque and the grave of Sunan Ampel were one of tourist destinations in Surabaya. For more information about this mosque, you can read here.

That’s it. For me, visiting many mosques around cities or countries can recharge my spirit and pride about this religion. How about you?